Blogger news

Sabtu, 21 September 2013

USWATUN KHASANAH

Keteladanan Berpengaruh terhadap Keefektivan Kepemimpinan 
            Setiap orang memahami bahwa keteladanan merupakan salah satu karakteristik penting bagi keberhasilan seorang pemimpin. Teori kepemimpinan transformasional, sebuah temuan baru dalam perkembangan teori kepemimpinan, meletakkan keteladanan pada peringkat pertama di antara sejumlah karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Bass dan Riggio (2006) menyatakan bahwa pemimpin tranformasional dicirikan oleh empat komponen yang dikenal dengan “Four I’s ”: idealized influence , inspirational motivation, intelectual inspiration , dan individual consideration .
“I” pertama, idealized influence atau pengaruh yang ideal, menjabarkan tingkah laku dan pengaruh yang dapat mengembangkan kepercayaan pengikut.
Pemimpin yang demikian ini dipuja, dihormati, dan dipercaya oleh para pengikutnya.
Para pengikutnya bersimpati kepada sang pemimpin dan ingin menirunya dan disanjung karena dipandang memiliki kemampuan, keberanian, dan keteguhan pendirian yang luar biasa (Bass dan Riggio 2006).
 Kouzes dan Posner (2007) sebagai pengembang teori kepemimpinan berhaluan transformasional juga meleta kkan keteladanan sebagai praktik utama kepemimpinan yang berhasil.
          Karena memandang begitu pentingnya keteladanan, kedua ahli menyebut konsep kepemimpinan yang dikembangkannya sebagai Kepemimpinan Keteladanan atau Exemplary Leadership. Dalam teori kepemimpinan keteladanan Kouzes dan Posner (2003 dan 2007) menyatakan bahwa ketika mendapati sesuatu yang luar biasa terjadi, pemimpinan melaksanakan lima praktik kepemimpin teladan: mencontohkan cara ( Model the Way) , menginspirasi visi bersama (Inspire a Shared Vision ) , menantang proses (Challenge the Process) , memampukan orang lain untuk bertindak ( Enable Others to Act), dan menyemangati jiwa ( Encourage the Heart).
             Dalam kaitannya dengan model the way Kouzes dan Posner (2007) berpandangan bahwa memimpin berarti bahwa anda harus menjadi contoh yang baik, dan mewujudkan apa yang Anda katakan. Gelar yang dimiliki seseorang merupakan pemberian, akan tetapi kehormatan hanya dapat dicapai melalui tingkah laku seseorang. Apabila pemimpin ingin mendapatkan komitmen dan mencapai standar tertinggi, ia harus menjadi model tingkah laku yang diharapkan dari orang lain. Jangan pernah meminta orang lain melakukan sesuatu yang Anda sendiri tidak mau melakukannya. Pemimpin memberikan model.
                Agar dapat mencohtohkan perilaku yang diharapkan dari orang lain secara efektif, pertama-tama pemimpin harus memahami dengan jelas prinsip-prinsip yang memandu perilakunya. Pemimpin harus menemukan pendirian mereka sendiri, baru kemudian menyuarakan dengan jelas dan tepat nilai-nilai yang dianutnya itu. Oleh karena pemimpin harus memperjuangkan keyakinannya, dengan sendirinya setiap pemimpin harus memiliki keyakinan yang harus diperjuangkan. Pidato-pidato tentang nilai-nilai bersama saja tidak cukup. Apabila pemimpin ingin menunjukkan betapa sungguh-sungguhnya ia terhadap apa yang ia katakan, perbuatan pemimpin jauh lebih penting dari pada kata-kata yang diucapkan. Kata dan perbuatan harus konsisten.
              Pemimpin teladan selalu berada di depan. Mereka berada di depan dengan cara memberikan contoh melalui kegiatan sehari-hari yang menunjukkan bahwa dia memiliki komitmen yang kuat terhadap apa yang diyakininya. Pemimpin memahami kekuatan mencurahkan waktu untuk bersama dengan orang lain, bekerja saling membantu dengan sejawat, dan menyampaikan cerita-cerita yang dapat menghidupkan nilai-nilai yang dianut, berkeyakinan kuat dalam ketidak pastian, dan mengajukan berbagai pertanyaan agar orang lain mengungkapkan aspirasi dan keinginannya. “ Modeling the way is about earning the right and the respect to lead through direct involvement and action. People follow first the person, then the plan.” (Kouzes dan Posner, 2007:16).
              Dari uraian di atas Kouzes dan Posner (2007) menyarankan dua langkah penting agar keteladanan kita efektif. Pemimpin pertama kali harus menemukan suara hatinnya dengan memperjelas nilai-nilai pribadi yang dianutnya baru kemudian memberi contoh dengan cara menyelaraskan tindakannya dengan nilai-nilai bersama. Berikut diuraikan secara singkat rincian dari kedua langkah tersebut. a. Memperjelas nilai-nilai yang dianut Guru-guru dan staf sekolah berharap agar kepala sekolah menyuarakan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dianut. Untuk berbicara sesuatu pemimpin harus mengetahui apa yang sedang ia bicarakan. Untuk memperjuangkan keyakinannya, kepala sekolah harus mengetahui apa yang Anda perjuangkan. “To walk the talk, you have to have a talk to walk” (Kouzes dan Posner, 2007:47).
                   Untuk melakukan apa yang dikatakan, pemimpin harus mengetahui apa yang ingin ia katakan. Untuk mendapatkan dan mempertahankan kredibilitas, peratama-tama kepala sekolah harus mampu mengartikulasikan dengan jelas keyakinan yang ia pegang teguh. Inilah sebabnya maka memperjelas nilai-nilai merupakan komitmen pertama seorang kepala seolah. Memperjelas nilai merupakan awal mula dari semua hal yang terkait dengan kepemimpinan. Untuk memperjelas nilai-nilai yang dianut, kepala sekolah harus melakukan dua hal berikut:
• Temukan suara hati Anda • Selaraskan dengan nilai bersama Untuk menjadi pemimpin yang kredibel, kepala sekolah harus benar-benar memahami keyakinan—nilai, prinsip, standar, etika, dan idealisme—yang dipegang teguh yang menjadi pemandu tindakannya. Kepala sekolah harus memilih dengan jujur prinsip-prinsip yang akan digunakan sebagai landasan dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan. Kepala sekolah harus mampu mengekspresikan dirinya sendiri. pemimpin harus mengkomunikasikan keyakinannya dengan cara-cara yang autentik dan unik sehingga dapat merepresantasikan siapa dirinya. Akan tetapi kepala sekolah tidak boleh hanya berbicara tentang dirinya sendiri ketika mengemukakan nilai-nilai yang menjadi pemandu pengambilan keputusan dan tindakannya. Ketika seorang kepala sekolah mengungkapkan komitmennya tentang kualitas dan inovasi pendidikan, atau nilai-nilai utama lainnya, seharusnya kepala sekolah tidak mengucapkan, “Saya yakin akan hal ini.” Dia membangun komitmen semua warga sekolah dengan mengatakan, “Kita semua yakin akan hal itu.” Oleh karena itu, pemimpin bukan hanya harus memperjelas nilai pribadinya akan tetapi juga harus memastikan adanya serangkaian nilai-nilai yang disepakati Di antara semua anak buah yang dipimpinnya. Meskipun merupakan hal yang esensial bagi setiap pemimpin , kejelasan nilai-nilai pribadi saja tidak cukup. pemimpin tidak hanya berbicara dengan dirinya sendiri, dia juga harus berbicara dengan anak buah yang dipimpinnya. Harus ada kesepakatan atas nilai bersama yang dipegang teguh oleh setiap orang yang ada di sekolah. Nilai-nilai bersama akan menghasilkan perbedaan yang positif dan signifikan dalam hal sikap dan kinerja anak buah , dan pemahaman bersama terhadap nilai-nilai itu akan tumbuh melalui proses, bukan melalui slogan-slogan atau pengumuman. Kebersamaan akan terbangun melalui dialog. Pengembangan kompetensi merupakan hal esensial yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa setiap warga sekolah mampu bertindak atas dasar nilai bersama. Kredibilitas, baik individual meupun organisasional, bukan hanya janji—melalinkan juga kemampuan untuk mewujudkan janji itu. Kouzes dan Posner (2007) menyarankan tiga cara untuk mengembangkan kompetensi yang diperlukan dalam memperjelas nilai tersebut: (1) tulis sebuah harga untuk diri anda, (2) tulis kredo Anda, dan (3) lakukan dialog kredo. Berikut diuraikan langkah- langkah yang dapat ditempuh ketiga cara ini. Proses memperjelas nilai-nilai dapat diawali dengan melakukan refleksi terhadap sosok diri ideal yang Anda bayangkan—Anda ingin dilitah seperti apa oleh orang lain. -ungkapan seperti apa yang Anda inginkan untuk diucapkan oleh orang lain tentang diri Anda? Bagaimana Anda ingin dikenang oleh orang lain? Uraian tentang diri seperti apa yang paling Anda banggakan? Ungkapan dan sifat-sifat seperti itu memang terkesan muluk-muluk dan ideal. Akan tetapi, semakin kuat kejelasan, keyakinan, dan cita-cita terhadap standar keunggulan pribadi, semakin besar peluang kita untuk berbuat sesuai dengan cita-cita itu. Bayangkan bahwa      Dinas Pendidikan memberi kesempatan kepada Anda untuk cuti selama enam bulan dan melakukan perjalanan ke luar negeri dan semua biaya hidup Anda ditanggung oleh Dinas. Selama di luar negeri Anda tidak diperbolehkan untuk berkomunikasi dengan siapapun di sekolah Anda melalui cara apapun. Akan tetapi sebelum berangkat, Anda menginginkan agar orang-orang di sekolah Anda memahami bahwa prinsip-prinsip yang Anda yakini harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan dan bertindak selama Anda tidak di tempat. Mereka harus mengetahui nilai-nilai dan keyakinan yang Anda anggap harus mengarahkan jalannya sekolah selama Anda di luar negeri. Setelah semuanya dianggap cukup, Anda berharap akan mampu menyesuaikan diri dan meneruskannya ketika Anda kembali. Untuk itu semua Anda tidak perlu menulis laporan yang panjang lebar. Tulislah ”Memo Kredo” satu halaman saja dan biasanya hanya diperlukan waktu sekitar lima sampai sepuluh menit untuk menulisnya. Cara ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pemahaman diri secara mendalam, akan tetapi hanya dimaksudkan untuk melakukan langkah awal untuk mengartikulasikan prinsip-prinsip yang membimbing Anda. Untuk memperdalam proses klarifikasi, lakukan identifikasi terhadap nilai-nilai yang tertulis dalam memo Anda tadi dan susunlah sesuai dengan skala prioritasnya atau tingkat kepentingannya. Memaksa diri mengekspresikan preferensi semacam itu akan memampukan Anda untuk melihat kekuatan dari masing-masing nilai Kumpulkan semua guru dan staf sekolah yang Anda pimpin. Mintalah mereka untuk menuliskan memo kredo dengan cara yang Anda lakukan seperti di atas. Mintalah masing-masing orang untuk membahas dalam kelompok kecil tentang apa yang telah mereka tulis. Mintalah mereka untuk menjelaskan apa yang mereka tulis dan mengapa mereka memilih nilai-nilai itu. Anda dapat memberi contoh kepada mereka. Ingatkan mereka bahwa tujuan dari kegiatan adalah untuk memperoleh kejelasan. Anda hanya menginginkan mereka memahami nilai masing-masing; pada tahap ini tidak harus dicapai kesepakatan. Sarankan mereka saling meminta penjelasan apabila belum memahami sesuatu. Jika setiap orang telah mengemukakan nilai-nilai kunci masing-masing, mintalah kelompok-kelompok tersebut untuk melakukan refleksi terhadap apa yang telah mereka diskusikan. Mintalah mereka untuk mengidentifikasi nilai-nilai yang serupa dari masing-masing orang. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan nilai bersama. Akan tetapi, hal yang terpenting adalah bahwa Anda telah memulai untuk membangun konsensus terhadap sejumlah nilai-nilai umum yang digali dari kelompok dan tidak dengan cara dipaksakan dari atas. Berbicara tentang memberi contoh pasti terkait dengan pelaksanaan tindakan. Kouzes dan Posner (2007:75) menyatakan: “[setting the examples] is about putting your money where your mouth is.. ” Memberi contoh adalah mempraktikkan apa yang Anda pidatokan, melaksanakan komitmen, memenuhi janji, bertindak sesuai ucapan, dan melalukan apa yang Anda katakan.                 
        Oleh karena Pemimpin  merupakan pemimpin orang lain—dan bukan hanya memimpin dirinya sendiri—mak a memipin juga berkaitan dengan apa yang dilakukan warga sekolah. Seberapa konsistenkah antara tindakan dan kata-kata mereka? Sejauh mana mereka mempraktikkan apa yang mereka serukan? Sebagai pemimpin, kepala sekolah bertanggung jawab atas apa yang mereka lalukan. Terdapat dua hal esensial yang diperlukan dalam pemberian keteladanan, satu terfokus pada diri kepala sekolah itu sendiri dan yang lain terfokus pada warga sekolah yang dipimpinnya. Yang pertama dilakukan melalui mempribadikan nilai bersama dan yang berikutnya membelajarkan orang lain untuk memodelkan nilai-nilai itu. Untuk mempraktikkan kedua hal itu, pemimpin menjadi model bagi apa yang diperjuangkan oleh semua anak buah lainnya dan juga menciptakan budaya dimana setiap orang berkomitmen untuk menyelaraskan dirinya dengan nilai-nilai bersama.
1) Mempribadikan nilai bersama
              Jika seorang pemimpin menginginkan hasil yang lebih baik dalam mempribadikan nilai-nilai bersama, ia harus memastikan bahwa ia mempraktikkan apa yang ia khotbahkan. Dia lebih banyak berbicara dengan perbuatan dari pada dengan kata-kata. Pemimpin adalah duta bagi nilai-nilai bersama semua anak buah . Misi kepala sekolah adalah untuk merepresentasikan nilai-nilai dan standar sekolah kepada siapapun dan dimanapun. Kouzes dan Posner (2007) menyarankan beberapa cara sebagai berikut untuk secara pribadi memberikan teladan tentang nilai bersama di lingkungan kantor
 . • Gunakan waktu dan perhatian secara bijaksana. Gunakan sumber daya tak terbarukan ini hanya untuk nilai-nilai yang paling penting.
 • Hati-hati dalam memilih kosa kata. Gunakan kata-kata dan frasa yang mampu memberikan ekspresi terbaik terhadap budaya yang Anda inginkan.
 • Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermakna . Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang secara sengaja dimaksudkan untuk menstimulasi orang untuk berfikir lebih bermakna tentang nilai-nilai bersma.
• Mintalah balikan. Tanyakan kepada orang lain tentang dampak dari perilaku Anda terhadap kinerja mereka.
2) Membelajarkan Orang Lain
       Untuk Memodelkan Nilai-Nilai Bersama Orang-orang di sekitar Kantor tidak hanya melihat pemimpin, mereka juga memperhatikan warga sekolah lainnya. Mereka menaruh perhatian terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan oleh anak buah Bukan hanya pemimpin yang diperhatikan konsistensinya antara kata dan perbuatan. Semua anak buah merupakan pengirim sinyal tentang apa yang dihargai dan juga keteladanannya. Salah satu tugas kepala sekolah adalah menjamin bahwa tindakan semua anak buah sejalan dengan nilai-nilai bersma. Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan kepala sekolah untuk membelajarkan warga sekolah lainnya sehingga mereka turut bertanggung jawab bagi kehidupan nilai-nilai bersama.
• Hadapi kejadian-kejadian penting. Beri respon terhadap kejadian-kejadian yang mengganggu dalam kehidupan sekolah dengan cara-cara yang memperkuat nilai-nilai utama.
• Sempaikan melalui cerita. Berilah contoh-contoh kepada khalayak sekolah tentang apa yang dilakukan oleh warga sekolah dalam menghidupkan nilai-nilai bersama, dan pastikan untuk selalu menyebutkan “moral pada akhir cerita.”
• Beri penguatan terhadap perilaku yang Anda inginkan.
                      Buatlah nilai dan ukur kinerja untuk menentukan konsistensi dengan nilai-nilai bersama. Berikan pengakuan dengan cara yang terukur maupun tidak terukur terhadap kinerja yang konsisten dengan nilai-nilai yang dianut. Teori kepemimpinan terbaru meletakkan keteladanan pada peringkat pertama di antara ejumlah karakteristi k yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Menjadi pemimpin pada dasarnya menjadi contoh yang baik, dan mewujudkan apa yang Anda katakan. Agar diteladani, pertama-tama pemimpin harus benar-benar memahami prinsip-prinsip yang memandu perilakunya. Kepala sekolah harus menemukan pendirian mereka sendiri, baru kemudian menyuarakan dengan jelas dan tepat nilai-nilai yang dianutnya itu.       
                     Oleh karena pemimpin harus memperjuangkan keyakinannya, dengan sendirinya setiap pemimpin harus memiliki keyakinan yang harus diperjuangkan. Menjadi teladan adalah mempraktikkan apa yang Anda pidatokan, melaksanakan komitmen, memenuhi janji, bertindak sesuai ucapan, dan melalukan apa yang Anda katakan.

0 comments:

Posting Komentar