Dalam bahasa Inggris, kata integrity sering dimaknai dengan honesty atau kejujuran. Integritas merupakan karakteristik yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Berbagai teori kepemimpinan terbaru menawarkan sejumlah karakteristik pemimpin ini yang efektif. Kouzes dan Posner (2007) melakukan survei terhadap lebih dari tujuh puluh lima ribu orang yang berasal dari berbagai kalangan. Pertanyaan yang diajukan dalam survei itu adalah “Sifat atau karakteristik pribadi seperti apa yang Anda cari dan kagumi dari pemimpin Anda?” Survei yang dilakukan sebanyak empat kali, tahun 1987, 1995, 2002, dan
2007. Kouzes dan Posner (2007) secara ajeg
menemukan empat karakteristik yang menduduki peringkat tertinggi dari dua puluh
karakteristik pemimpin yang dikagumi. Keempat karakteristik itu meliputi: Jujur
(honets) ; Berpandangan ke depan ( foward looking ) ; • Menginspirasi
(inspiring ) ; Kompeten (competent )
Keajegan
itu tidak saja terjadi dari survei satu ke yang lain, akan tetapi juga tidak
menunjukkan perbedaan jika dilihat dari perbedaan demografi, organisasi, maupun
budaya. Posisi dua puluh karakteristik pemimpin yang dikagumi hasil empat
survei Kouzes dan Posner (2007) tersebut disajikan dalam
Tabel 1.1. Selanjutnya untuk mengetahui
hasil survei yang menunjukkan posisi empat karakteristik utama dari
berbagai negara didunia ditunjukkan pada Tabel 1.2
Tabel
1.1 Karakteristik Pemimpin Y ang Dikagumi (Kouzes dan Posner, 2007)
Karakteristik
|
Persentase
Responden Terhadap Masing-Masing
Karakteristik
|
|||
2007
|
2002
|
1995
|
1987
|
|
Jujur
|
89
|
88
|
88
|
83
|
Berorientasi
Ke Depan
|
71
|
71
|
75
|
62
|
Kompeten
|
69
|
65
|
68
|
58
|
Membangkitkan
Semangat
|
68
|
66
|
63
|
67
|
Cerdas
|
48
|
47
|
40
|
43
|
Adil
|
39
|
42
|
49
|
40
|
Berwawasan
Luas
|
36
|
34
|
33
|
34
|
Suportif
|
35
|
40
|
40
|
37
|
Amanah
|
35
|
35
|
41
|
32
|
Dapat
diandalkan
|
34
|
33
|
32
|
33
|
Kooperatif
|
25
|
28
|
28
|
25
|
Berani
|
25
|
20
|
29
|
27
|
Berpendirian
kuat
|
25
|
23
|
17
|
17
|
Peduli
|
22
|
20
|
23
|
26
|
Imnaginatif
|
17
|
23
|
28
|
34
|
Matang
|
15
|
21
|
13
|
23
|
Ambisius
|
16
|
17
|
13
|
21
|
Loyal
|
18
|
14
|
11
|
11
|
Mengendalikan
diri
|
10
|
8
|
5
|
13
|
Mandiri
|
4
|
6
|
5
|
10
|
Tabel
1.2 Perbandingan Antar Budaya Tentang Empat Karakteristik PemimpinYang
Paling Dikagumi (Kouzes dan Posner, 2007)
Negara
|
Persentase
Responden Yang Memilih Masing-Masing Karakteristik
|
|||
Jujur
|
Berpandangan
Ke Depan
|
Menginspirasi
|
Kompeten
|
|
Australia
|
93
|
83
|
73
|
59
|
Canada
|
88
|
88
|
73
|
60
|
Jepang
|
67
|
83
|
51
|
61
|
Korea
|
74
|
82
|
55
|
62
|
Malaysia
|
95
|
78
|
60
|
62
|
Meksiko
|
85
|
82
|
71
|
62
|
New
Zealand
|
86
|
86
|
71
|
68
|
Singapura
|
72
|
76
|
69
|
76
|
Swedia,
Denmark
|
84
|
86
|
90
|
53
|
Amerika
Serikat
|
89
|
71
|
69
|
68
|
Hasil survei yang dilakukan Kouzes dan Posner
(2007) tersebut secara konsisten membuktikan bahwa kejujuran sebagai unsur yang
paling penting dalam hubungan antara pemimpin dan pengikutnya. Persentasenya
memang berbeda-beda, namun peringkatnya tidak pernah berubah sejak pertama
dilakukan
penelitian pada tahun 1980-an hingga tahun 2000-an. Kejujuran tetap berada pada
posisi teratas dibandingkan karakteristik penting lainnya. Hasil survei ini menguatkan pandangan bahwa
siapapun dan dimanapun mereka berada apabila akan mengikuti pertama-tama mereka
ingin memastikan
bahwa
orang
yang diikuti tersebut layak dipercaya. Hal ini juga berlaku bagi
konstituen daeri seorang pemimpin Semua anak buah manapun akan bersedia
mengikuti kepala sekolah apabila mereka yakin
sepenuhnya bahwa sang kepala sekolah adalah orang yang dapat dipercaya.
Kalau
dilakukan generalisasi hasil survei tersebut dapat diartikan bahwa
hampir 90% anak buah menginginkan Pemimpin adalah orang yang jujur.
Hampir semua
orang tidak ingin dibohongi atau ditipu. Kita ingin melihat kejujuran
pada siapapun. Pendidik, tenaga
kependidikan, dan siswa menginginkan kepala sekolahnya sebagai sosok
yang tahu
mana yang benar dan mana yang salah. Di antara semua kualitas yang
dikagumi
dari seorang pemimpin, kejujuran merupakan sifat yang paling pribadi.
Kejujuran
merupakan sifat pribadi yang mampu mengangkat atau menghancurkan
reputasi
pribadi seseorang. Orang dengan rela mengikuti pemimpin yang jujur
karena
kemungkinan ia akan dilihat sebagai orang yang jujur pula, begitu juga
sebaliknya. Apabila kita mengikuti pemimpin
yang dinggap tidak jujur dapat diartikan bahwa kita telah mengorbankan
integritas kita sendiri. Lambat laun, kita tidak hanya menghancurkan
harga diri
sang pemimpin, tetapi sebenarnya juga tidak
menghargai diri kita sendiri. Bagaimana karekteristik subyektif seperti
kejujuran kepala sekolah diukur oleh
orang-orang yanng dipimpinnya?
Konsistensi antara kata dan perbuatan
merupakan cara bagaimana orang melihat kejujuran. Guru-guru menunggu apa yang
akan ditunjukkan oleh Pemimpin kepada mereka; guru-guru itu mengamati
perilaku Pemimpin. Kejujuran terkait erat dengan nilai-nilai dan akhlak
mulia. Guru-guru akan menghargai orang yang memegang teguh prinsip-prinsip yang
mendasar. Guru-guru pasti menolak untuk mengikuti Pemimpin yang kurang percaya terhadap
keyakinannya sendiri. Oleh karena itu Pemimpin harus meperjelas nilai-nilai,
etika, dan standar yang dianutnya dan menyampaikannya kepada semua pihak yang
dipimpinnya.
2. Integritas Merupakan Dasar Kredibilitas
Kredibilitas
merupakan landasan kepemimpinan. Kouzes dan Posner (2007) melakukan penelitian
terhadap apa yang dipahami orang tentang kredibilitas. Beberapa ungkapan
berikut digunakan orang ketika ditanya apa
yang
mereka pahami tentang kredibilitas seorang pemimpin.
• “Pemimpin mempraktikkan apa yang mereka
khotbahkan.”
• “Pemimpin melakukan apa yang mereka
katakan.”
• “Tindakan pemimpin konsisten dengan
perkataannya.”
• “Pemimpin berani bertaruh atas kebenaran
perkataan mereka.”
• “Pemimpin menepati apa yang ia janjikan.”
•
“Pemimpin melakukan apa yang dikatakan akan ia lakukan .”
Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut dapat
diartikan bahwa ketika orang akan memutuskan apakah seorang pemimpin dapat
dipercaya atau tidak, terlebih dahulu orang tersebut akan mendengar
kata-katanya, kemudian memperhatikan tindakannya; terlebih mendengar
perkataannya, kemudian mem-perhatikan bagaimana melaksanakannya; mendengar
janji-janjinya, kemudian menunggu apakah janji-janji itu diikuti dengan bukti.
Predikat “kredibel” akan diberikan ketika terjadi keselarasan antara kata dan
perbuatan. Akan tetapi jika sebaliknya, tidak jarang si pemimpin akan menerima predikat “munafik”. Jika kepala
sekolah sering mengungkapkan sejumlah nilai tapi dalam praktiknya melakukan
nilai-nilai yang lain, maka guru-guru yang dipimpinnya akan memandangnya
sebagai orang yang berpura-pura. Jika kepala sekolah mempraktikkan apa yang
dipidatokan, warga sekolah yang dipimpinnya akan lebih bersedia untuk
mempertaruhkan karier, jaminan. Berdasarkan pemahaman-pemahaman tersebut Kouzes
dan Posner (2007:38) merumuskan Hukum Pertama Kepemimpinan yang berbunyi: “If you don’t believe in the messenger, you
won’t believe the message.” “Jika Anda tidak mempercayai si pembawa pesan, Anda
tidak akan memperacayai pesannya” Berdasarkan hukum ini, Kouzes dan Posner
(2007:38) menganjurkan membangun kredibilitas merupakan prasyarat agar seorang
pemimpin dipercaya oleh konstituennya. Untuk membangun kredibilitas, kedua ahli
itu menganjurkan Hukum Kedua Kepemimpinan (Kouzes dan Posner, 2007:40):
DWYSYWD: Do What You Say You Will Do LAAKAAL: Laksanakan Apa Yang Anda Katakan
Akan Anda Laksanakan” LAAKAAL mencakup dua unsur: katakan dan
lakukan. Terkait dengan uraian
pada bab sebelumnya, agar kredibel pemimpin pertama-tama harus memperjelas
eyakinannya; mereka harus tahu apa yang mereka yakini. Hal ini masih terkait
dengan ’katakan’. Selanjutnya pemimpin harus menunjukkan perkataan tersebut
dalam kenyataan. Para pemimpin itu harus bertindak sesuai dengan kepercayaannya
dan ’lakukan’.
3. Apakah Anda Pemimpin Yang Transparan?
Setiap
tahun, konsultan manajemen dan buku-buku bisnis menerbitkan berbagai macam
kajian tentang kepemimpinan, dan jika kita membaca buku-buku itu kita akan
berfikir bahwa menj adi pemimpin harus memahami gambar-gambar, diagram, atau
formula-formula yang rumit. Sebenarnya kepemimpinan
jauh
lebih sederhana. Hal yang benar adalah bahwa siapapun dapat mengembangkan
keterampilan kepemimpinan—akan tetapi dibutuhkan orang khusus untuk menjadi
pemimpin yang transparan. Intinya adalah siapapun dapat menjadi pemimpin, akan
tetapi diperlukan orang yang unik untuk menjadiseorang
pemimpiin yang transparan. Kepemimpinan
yang baik merupakan keterampilan yang dapat dipelajari, dan kita harus bekerja
keras untuk mendapatkannya. Berbabagi
teori kepemimpinan menganjurkan bahwa untuk menjadi pemimpin yang hebat
dibutuhkan persyaratan-persyaratan yang rumit. Hal inisering
mambuat kita bingung. Akan tetapi ada hal mendasar yang ada pada semua teori
itu, yakni barometer keberhasilan yang
sebenarnya adalah transparansi. Jika pemimpin tidak trans paran, tidak masalah
jika ia seorang pelaksana yang baik, jika ia rendah hati atau pemberani, bahkan
jika ia memiliki charisma yang besar. Yang menjadi masalah adalah apakah ia dapat
bercermin dan berefleksi dengan sebenar-benarnya, dan merasa senang ketika
bangun pagi dan bermain-main dengan kejujuran dan integritas. Tidak dapat
dipisahkan antara pemimpin yang transparan dengan orang yang transparan, karena
orang-orang yang menjalani hidupnya secara terbuka dan jujur akan melakukan hal
yang sama ketika menjalankan bisnis. Untuk menjadi pemimpin yang terbaik, Anda
harus memiliki konsep yang jelas dan jujur tentang nilai-nilai yang Anda anut,
sumbangan anda terhadap organisasi, dan sejauh mana semua itu memberi makna
bagi Anda dan sekolah yang Anda pimpin.
a. Transparansi Memerlukan Keberanian
Kadang-kadang
transparansi menyakitkan. Hal ini karena kegagalan tidak pernah diketahui
sebelumnya, dan hal pertama yang masuk dalam benak Anda adalah beri dia
kesempatan sekali lagi. Keinginan untuk membebaskan seseorang dari dugaan
berbuat salah merupakan hal yang manusiawi, akan tetapi jika terkait dengan
integritas, Anda tidak dapat melakukan hal itu.
Jika Anda transparan berarti Anda telah membuat keputusan yang sulit,
yang memerlukan keberanian. Jika Anda transparan, anda telah menunjukkankeberanian
pada saat pengambilan keputusan berdasarkan apa yang benar, dan hal itu bukan
hal yang mudah. Penting untuk diakui, oleh karena transparansi bukan
tren—melainkan sebuah proses dan bersifat evolutif.
b. Tugas-Tugas Pemimpin Yang Transparan
Hanya Pemimpin yang baik yang mengetahui bahwa satu-satunya cara untuk
mengembangkan bawahan atas dasar integritas adalah kerja keras untuk menegakkan
integritas itu. Pemimpin semacam ini memahami bahwa apabila guru-guru dan
staf sekolah yang takut terhadap konsekwensi yangdiakibatkan
oleh kesalahan-kesalahan sederhana yang mereka buat akan berusaha menutupi
kesalahan-kesalahan itu. Budaya transparan merupakan budaya dimana para
pendidik dan tenaga kependidikan mau
mengakui masalah-masalah yang dihadapi dan bersedia mengatakan kesalahan yang
dilakukan. Pemimpin yang baik akan memahami bahwa budaya keterbukaan mampu mengembangkan mereka
yang suka menyembunyikan kesalahan dan baru mengungkapkannya setelah kerusakan
yang bersar terjadi.
1) Pemimpin Yang Transparan Harus
Menumbuhkan Integritas Ketia kepala sekolah menjumpai salah satu dari guru
tidak pernah menunjukkan integritas dan berbohong tentang sesuatu, pertama-tama
kepala
sekolah
itu harus menguji apakah perilaku yang mendorong kebohongan tersebut atau
apakah kebohongan itu sendiri merupakan perilaku yang dapat berdampak negatif
terhadap anak buah. Pada akhirnya, diharapkan pemimpin dikenang sebagai
pemimpin yang berbudi yang bersedia
membantu di situasi yang tidak menentu, dari pada orang yang kejam yang hanya
diam dan membiar pengikutnya tenggelam bergelimang kesalahan.
2) Pemimpin Yang Transparan Harus Bersedia
Mendengarkan Menjadi pendengar yang baik bukan hal yang mudah. Tidak seperti
binatang, manusia harus usaha yang sungguh-sungguh untuk dapat mendengarkan.
Oleh karena itu kita harus berusaha keras untuk mengembangkan keterampilan
mendengark an. Kita harus berkeyakinan bahwa mendengarkan merupakan komponen
penting untuk memimpin.
Mendengarkan
merupakan hal yang sangat penting bagi pemimpin unggul. Jika Anda menginginkan
kebenaran, Anda harus berada pada tempat yang benar dan mendengarkan dengan
baik; jik a tidak, informasi yang Anda terima akan tersaring melalui guru atau
wakil-wakil Anda sehingga menjadi jernih, bersih, dan ... menyimpang.
Akibatnya, Anda tidak akan mendengar isu-isu yang berakibat negatif terhadap
sekolah, Anda tidak akan mendengar
tentang guru yang membuat orang tua siswa marah, dan tidak pula akan mendengar
tentang wakil-wakil Anda yang membuat pengaruh negatif terhadap produktivitas
guru. Jika kepala sekolah menciptakan saluran-saluran informasi pada setiap
level dan membuat kebijakan “buka pintu” yang mendorong guru-guru berkomunikasi
dengannya, maka kepala sekolah itu akan dapat mendengar
yang
baik
dan yang buruk, dan mendeteksi badai sebelum menerjang. Jadilah
pendengar
yang baik. Anda pasti akan terkejut betapa besarnya pelajaran yang akan
Anda
peroleh. Jika kepala sekolah merupakan pemimpin yang transparan yang
bersedia
mendengarkan guru yang dipimpinnya, maka perubahan yang hakiki akan
terjadi di lembaga . Pintu selalu terbuka, dan ide-ide baru selalu
digali, ditumbuh
kembangkan, dan diwujudkan dalam tindakan. Kepala sekolah terbaik adalah
yang
benar-benar mau mendengarkan pengikutnya. Mendengarkan dapat memberi
pengetahuan yang tidak diketahui sebelumnya, namun juga dapat menuai
ganjaran
ketika hal itu berdampak pada peningkatan moral, loyalitas, dan bagimana
para
pengikut itu meresa menjadi bagian dari sekolah.
3)
Pemimpin Yang Transparan Menjunjung Tinggi Prinsip
Utama Transparansi: Mengatakan Semua Kebenaran Jika seorang pemimpin
merupakan
pemimpin yang transparan ia tidak perlu khawatir terhadap strategi
kepemimpinan
atau filosofi yang dianut; terdapat kebebasan yang luas dan kredibilitas
yang
lebih tinggi akan diperoleh apabila orang-orang yang dipimpinnya
mengakkui
bahwa ia mengelola lembaga secara terbuka dan jujur. Jika pemimpin
terbuka, pihak-pihak yang terkait akan memiliki kepercayaan pemimpin
dan
tujuan jangka panjangnya. Salah satu yang paling sulit untuk dipelajari
oleh
seseorang yang baru menjabatsebagai pemimpin adalah bahwa pemimpin yang
hebat bukan sekedar orang yang menyenangkan.
Pemimpin besar proaktif dan secara konsisten bekerja untuk melakukan
hal-hal
yang benar. KetikaPemimpin proaktif dalam melaksanakan hal-hal yang
benar, ia tidak sekedar membuat keputusan untuk menyenangkan orang lain.
Pemimpin itu terfokus untuk mengatakan kebenaran yang sesungguhnya,
dan oleh
karena itu, pemimpin tersebut tersebut dapat belajar dari orang lain
dan tidak
disesatkan oleh orang lain yang tidak melaksanakan segala sesuatu dengan
cara
yang benar. Seorang pemimpin harus jujur
dengan dirinya sendiri dan orang lain mengenai kemampuannya sebelum
dapat
memimpin orang lain. Hal ini merupakan proses pertumbuhan. Apabila
pemimpinnya
jujur atas kemampuannya maka akan mudah baginya untuk menentukan jenis
budaya
yang ingin dikembangkannya di sekolahnya. Mentransfer filosofi yang
dianut oleh
kepala sekolah kepada semua anak buah akan memperkokoh budaya tersebut,
namun hal pertama yang harus ada pada diri pemimpin adal ah dimilikinya
landasan yang akan digunakan sebagai dasar merumuskan visi.
4) Pemimpin
Yang Transparan Belajar dari Kegagalan (atau Keberhasilan) Orang Lain
Pemimpin
dapat belajar banyak melalui pengamatan
terhadap tindakan-tindakan orang lain saat mereka berjaya—ketika lembaga itu kuat
dan semua anak buah mendapatkan kesejahteraan baik. Akan tetapipemimpin juga
dapat belajar lebih banyak dari tindakan orang-orang ketika “kapal” akan
tenggelam, pada saat kondisi lembaga sedang terpuruk, karena saat itulah
karakter asli sabagian besar orang di dalamnya mengemuka. Seperti ketika kita
menekan pasta gigi dari tempatnya. Apa yang ada di dalam akan keluar ketika kita
memberikan tekanan yang cukup. Jika kita memberikan tekanan yang cukup kepada
manusia, kita akan melihat semua yang ada di dalam akan keluar, dan
kadang-kadang memang tidak baik. Ketika saatnya baik, kita perlu lebih
mengerlingkan mata untuk melihat karakter seseorang. Akan tetapi jika kita
melihat dengan sungguh-sungguh dan mengamati tindakannya sacara konsisten dari
waktu ke waktu, kita akan mampu melihat gambaran yang akurat tentang siapa
mereka sebenarnya. Hal ini juga merupakan proses balajar, dan penting untuk
dilakukan. Belajar dari kepala sekolah lain dapat menghindarkan seorang pemimpin untuk membuat kesalahan yang
serius. Akan tetapi, pada akhirnya jikapemimpin tersebut tersebut mengikuti
sistem nilai yang dianutnya kemudian
merumuskan standar, kesalahan yang
dilakukannya seharusnya tidak berpengaruh negatif terhadap dirinya.
Sebagai manusia biasa, setiap pemimpin pasti pernah dan akan melakukan
kesalahan—termasuk kita semua—akan tetapi kita tidak ingin merusak reputasi dan
karir kita. Jika kepala sekolah memperhatikan dengan seksama, kepala sekolah
dapat belajar dari kepala sekolah lain di sekitarnya.
5) Pemimpin Yang Transparan Bersedia Menjadi Mentor Apakah
Anda pemimpin yang transparan? Harapannya setiap kepala sekolah selalu
memikirkan pertanyaan ini karena ia tidak pernah terlepas dari
perhatian
orang-orang yang dipimpinnya, meskipun kadang kala kepala sekolah itu tidak
mengetahuinya. Tidak tertutup kemungkinan bahwa staf administrasi yang bekerja
di sekolah Anda atau guru-guru akan melakukan sesuatu yang mereka amati dan
pelajari dari Anda. Kegiatan mentoring yang Anda lakukan
dapat
terjadi secara kebetulan—melalui kontak singkat dengan seseorang, atau hubungan
yang berlangsung bertahun-tahun. Kepemimpinan ditunjukkan dengan tanggung jawab
sebagai mentor yang baik bagi orang lain. Orang-orang yang saling menghindar,
berbohong, dan tidak hormat kepada orang
lain dapat dijadikan pelajaran bahwa integritas harus menjadi sesuatu yang
selalu menyertai kita, dan kejujuran dapat dengan mudah ditempatkan pada tempat
yang salah. Jika kepala sekolah tidak memiliki gaya hidup yang transparan, maka
ia tidak akan pernah dipandang sebagai orang yang memiliki integritas yang
tinggi, meskipun ia dikenal sebagai orang yang berhasil, orang lain akan
berkata hal yang tidak menyenangkan tentang pemimpin itu. Pepatah lama
yang mengatakan bahwa “persoalannya bukan pada menang atau kalah akan tetapi
pada bagaimana anda bermain,” merupakan ungkapan yang benar—terutama pada
lingkungan lembaga saat ini.
&nbs
Akhirnya Jujur, berpandangan ke depan, inspiratif, dan kompeten
merupakan empat
karakteristik pemimpin yang paling diinginkan oleh para pengikutnya.
Sebagai
pemimpin, harus memiliki empat kepribadian yang menjadi landasan
dimilikinya kredibilitas. Semua anak buah akan lebih bersedia untuk
berkorban
apabila pemimpinnya kredibel, pemimpin mempraktikkan apa yang
dipidatokan. Kouzes dan Posner
mengemukakan dua hukum kepemimpinan
berdasarkan premis ini: “Jika Anda tidak
mempercayai si pembawa
pesan, Anda tidak akan memperacayai pesannya” dan “ LAAKAAL: Laksanakan
Apa
Yang Anda Katakan Akan Anda Laksanakan” Sebagai pemimpin yang
transparan, memiliki lima tugas penting: menumbuhkan integritas,
sebagai
pendengar yang baik, mengatakan semua kebenaran, belajar dari kegagalan
(atau
keberhasilan) orang lain, dan sebagai mentor.
0 comments:
Posting Komentar