Jika dua orang berkumpul, maka
siap-siaplah akan tejadi pertentangan baik disimpan di dalam hati maupun
ditampakkan dengan perilaku. Sudah menjadi kodrat manusia bahwa bila mereka
berdekatan, pasti terjadi gesekan perasaan karena suasana hati manusia itu
secara garis besar berkisar antara rasa senang, sedih, marah, dan takut
(cemas). Komunikator
ang handal dapat mengetahui suasana hati manusia dari penampilan wajahnya.
Konflik tidak selamanya negatif, ada pla konflik yang menyebabkan positif,
misalnya berkonflik karena persaingan secara sehat.
Manager dan leader dalam menjalankan
tugasnya pasti berhadapan dengan konflik. Untuk itu perlu dibekali bagaimana
cara-cara mengatasi konflik.
Konflik ialah proses kegiatan A merugikan B sehingga menimbulkan
perselisihan sehingga dapat menimbulan
stres (Gibson, et.al, 2003). Konflik disebat juga fight, strungle, quarrel, defference,
opposition, .and disagrement. Konflik yang berkepanjangan dapat mengakibatkan
stres bagi yang berkonflik. Konflik dapat terjadi dengan:
(1)
diri sendiri,
(2)
seseorang,
(3)
kelompok,
(4)
organisasi,
(5)
kelompok dengan kelompok,
(6)
kelompok dengan organisasi, dan
(7)
organisasi dengan oganisasi.
c.
Mitos Konflik
Mitos
terhadap konflik adalah:
(1)
kelemahan kepemimpnan,
(2)
kurang perhatian terhadap organisasi,
(3)
jika dibiarkan akan reda dengan sendirinya,
(4)
harus dipecahkan, dan
(5)
menyeybabkan marah dan merusak.
Ada tiga pandangan terhadap konflik:
(1) tradisional,
(2) perilaku, dan
(3) interaksionis. Pandangan tradional
menyatakan konflik adalah negatif dan harus dihindari.
Pandangan terhadap Konflik
Pandangan perilaku menyatakan konflik adalah
sesuatu yang wajar (alamiah) karena perbedaan perilaku dalam berorganisasi.
Pandangan intraksionis menyatakan bahwa konflik adalah proses interaktif yang
mendorong keharminisan, kedamaian, dan kerjasama untuk melakukan inovasi,
perubahan dan peningkatan.
Persepsi terhadap Konflik
Persepsi manusia terhadap konflik seperti
yang ditunjukkan tabel berikut ini.
Tabel 1.
Persepsi Lama dan Baru terhadap Konflik
NO.
|
Lama (Dampak Negatif)
|
Baru (Dampak Positif)
|
1
|
Semua konflik berakibat negatif
|
Konfik dapat berakibat negatif dan positif
|
2
|
Harus dihindari (tradisional)
|
Harus dikelola
|
3
|
Berdampak negatif bagi organisasi (disfuntional)
|
Berdampak positif bagi orgnisasi
(functional)
|
4
|
Mengganggu norma yang sudah mapan
|
Merevisi dan memperbaharui norma yang
sudah mapan
|
5
|
Menghambat efektivitas organisasi
|
Meningkatkan efektivitas organisasi
|
6
|
Mengganggu hubungan kerja sama (menghambat
komunikasi).
|
Menambah intim hubungan kerja sama
|
7
|
Mengarah ke disintegrasi
|
Menuju ke integrasi
|
8
|
Menghabiskan waKepala Sekolah dan tenaga
|
Menghemat waKepala Sekolah, dan tenaga.
|
9
|
Stress, frustrasi, tegang, kurang konsentrasi, dan kurang puas
|
Mampu menyesuaikan diri, dan meningkatkan
kepuasan
|
10
|
Tidak mampu mengambil tindakan
|
Mampu mengambil tindakan
|
Tahapan Konflik
1) Merasa tidak tertekan (biasa-biasa
saja)
2) Agak tertekan
3) Merasa tertekan
Karaketeristik Konflik
1) Meningkatnya konflik
meningkatkan perhatian terhadap Konflik itu sendiri
2) Keinginan menang meningkat
seiring dengan keinginan Pribadi untuk menyelematkan muka.
3) Orang yang kita senangi ketika
berkonflik dapat membongkar rahasia kita
4) Konflik dapat melampaui hal-hal
yang lazim
5) Orang dapat menjadi individu
berbeda selama konflik.
Sumber Utama atau Penyebab Utama Konflik
1) Masalah komunikasi (salah
pengertian, ketertutupan, penyampaian yang kasar, dan sebagainya)
2) Disain struKepala Sekolahr (tempat
basah dan tempat kering)
3) Perbedaan personal (perbedaan latar
belakang budaya, pendidikan, pengalaman, usia, dan lain-lain). (Hunsaker, 2003)
Cara Mengatasi Konflik
1) Mempelajari penyebab utama konflik.
2) Memutuskan untuk mengatasi konflik
3) Memilih strategi mengatasi konflik (Hunsaker,2003)
Strategi Mengatasi Konflik
Unnete
(1976) memberikan lima strategi untuk mengatasi konflik dalam lima kemungkinan
yaitu:
(1) jika kerjasama rendah dan kepuasan diri
sendiri tinggi, maka gunakan pemaksaan (forcing) atau competing;,
(2) jika kerjasama rendah dan kepuasan diri
sendiri rendah, maka gunakan penghindaran (avoiding),
(3) jika kerja sama dan kepuasan diri
seimbang (cukup), maka gunakan kompromi (compromising), (4) jika kerjasama
tinggi dan kepuasan diri sendiri tinggi, maka gunakan kolaboratif
(collaborating), dan
(5) jika kerjasama tinggi dan kepuasan diri
sendiri rendah, maka gunakan penghalusan (smoothing).
Uraian tersebut digambarkan seperti berikut ini
Tinggi
|
Rendah
|
Penghalusan
|
Pemaksaaan
|
Kolaboratif
|
|
Penghindaran Kom
Promi
|
Kerjasama (Keinginan
seseorang untuk memuaskan orang lain)
|
Gambar 1. Strategi Mengatasi Konflik
(Dunnete,1976)
Ø Forcing (Pemaksaan) menyangkut penggunaan kekerasan, ancaman, dan
taktik-taktik penekanan yang membuat lawan melakukan seperti yang dikehendaki.
Pemaksaan hanya cocok dalam situasi-situasi tertentu untuk melaksanakan
perubahan-perubahan penting dan mendesak. Pemaksaan dapat mengakibatkan bentuk-bentuk
perlawanan terbuka dan tersembunyi (sabotase).
Ø Avoding (Penghindaran) berarti menjauh dari lawan konflik. Penghindaran
hanya cocok bagi individu atau kelompok yang tidak tergantung pada lawan
individu atau kelompok konflik dan tidak mempunyai kebutuhan lanjut untuk
berhubungan dengan laawan konflik.
Ø Compromissing (Pengkompromian) berarti tawar menawar untuk melakukan
kompromi untuk mendapatkan kesepakatan.
Tujuan masing-masing pihak adalah untuk mendapatkan kesepakatan terbaik yang
saling menguntungkan. Pengkompromian
akan berhasil bila kedua belah pihak saling menghargai, dan saling percaya.
Ø Collaborating berarti kedua pihak yang berkonflik kedua belah pihak masih
saling mempertahankan keuntungan terbesar bagi dirinya atau kelompoknya saja.
Ø Smoothing (Penghalusan) atau conciliation berarti tindakan mendamaikan
yang berusaha untuk memperbaiki hubungan dan menghidarkan
rasa permusuhan terbuka tanpa memecahkan dasar ketdaksepakatan itu.
Conciliation berbentuk mengambil muka (menjilat) dan pengakuan.
Ø Conciliation cocok untuk bila kesepakatan itu sudah tidak relevan lagi
dalam hubungan kerja sama.
Taktik untuk Mengurangi Konflik
Dinsmore (1990) memberikan taktik untuk
mengurangi konflik dengan cara mengikuti sarannya seperti tabel berikut ini.
.Tabel 2. Taktik Mengurangi Konflik
(Dinsmore,1990)
Tempatkan dirinya sebagai “sepatu bos”
|
Meminimalkan konflik dengan atasan
|
Anaalisis pola
pikir boss
|
|
Jangan
menyempaikan masalah kepada bos tetapi pemecahan masalahnya
|
|
Dengarkan
dengan baik infomasi bos untuk rencana dan pengembangan
|
|
Berkonsultasi
dengan bos terhadap kebijakan, prosedur, dan kriteria
|
|
Jangan memaksa
bos Meminimalkan konflik dengan
bawahan
|
|
Temukan
profesional dan tujuan personal anggota tim.
|
|
Jelaskan
harapan Anda
|
|
Definisikan
ukuran kontrol
|
|
Kembangkan
toleransi kegagalan untuk membangkitkan kreativitas.
|
|
Beri umpan
balik positif.
|
|
Beri kesempatan
dan penghargaan.
|
|
Meminimalkan
konflik dengan teman selevel.
|
|
Bantu kelompok
mencapai tujuannya.
|
|
Bangun iklim
kerjasama
|
|
Beri catatan
kemajuan untuk membantu anda dari
kelompok
|
|
Usahakan
saluran komunikasi informal.
|
|
Coba mereka
dengan percobaan yang Anda inginkan.
|
|
Meminimalkan
konflik dengan pelanggan
|
|
Dorong
pelanggan menuju yang mereka inginkan.
|
|
Pelihara kontak
tertutup dengan pelanggan.
|
|
Hindari kejutan
|
|
Siaplah
melayani setiap level
|
|
Kembangkan
hubungan informal sebaik mungkin.
|
|
Laksanakan proyek pertemuan reguler.
|
Hasil
Konflik
Konflik kelompok dengan kelompok dapat menghasilkan:
(1) Kalah – kalah : Kedua kelompok mengalami kerugian. Saya tidak O.K, Anda juga tidak O.K
(2) Kalah –menang: Kelompok yang kalah rugi
dan yang menang untung.
Saya
tidak O.K. Anda O.K.
(3) Menang-kalah: Kelompok yang menang
untung, yang kalah rugi.Saya O.K. Anda tidak O.K.
(4) Menang-menang: Kedua kelompok
diuntungkan, biasanya setelah melalui kompromi atau kolaborasi. Saya O.K.Anda juga O.K.
(Newstrom
& Davis, 1997)
Tabel
3. Hubungan Hasil Konflik, strategi Konflik, dengan Perilaku
Posisi Strategi
Konflik
Kemungkinan Perilaku
Saya tidak OK
|
Anda tidak OK
|
Saya tidak OK
|
Anda OK
|
Saya OK
|
Anda tidak OK
|
Saya OK
|
Anda OK
|
Penghindaran
|
Penghalusan
|
Pemaksaan
|
Tidak asertif
|
Penentangan
|
Tidak asertif
|
Agresif
|
Asertif
|
(Newstrom
& Davis, 1997)
Model
untuk Mengatasi Konflik
Newstron dan Davis (1997) menggambarkan
model untuk mengatasi konflik seperti gambar berikut ini.
2.
Contoh Konflik
a. Konflik dengan diri sendiri : tekanan
batin.
b. Konflik dengan seseorang: bertengkar
dengan pasangan hidup.
c. Konflik dengan kelompok: dikucilkan dalam
tim kerja.
d. Konflik dengan organisasi: berselisih
dengan warga sekolah
e. konflik kelompok dengan kelompok: guru IPA dengan IPS.
f. Konflik kelompok dengan organisasi:
teknisi dengan sekolah
g. Konflik organisasi dengan organisasi:
sekolah A dengan sekolah B.
KESIMPULAN
Konflik
ialah proses kegiatan A merugikan B sehingga menimbulkan perselisihan. Konflik
dapat terjadi dengan tujuh cara. Mitos terhadap konflik ada lima. Pandangan
terhadap konflik ada tiga. Ada tiga tahapan konflik. Karaketeristik konflik ada
lima. Sumber utama konflik ada tiga. Cara mengatasi konflik ada tiga. Strategi
mengatasi konflik ada lima. Hasil konflik ada empat.
Daftar Pustaka
Dinsmore,
P. 1990. Human Factors in Project Management. New York: AMACOM.
Gibson,
J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, J.H. & Konopaske, R. 2003. Organizations
Behavior Structure Process. New York:
McGraw-Hill/Irwin.
Kreps, G.L. Organizational Communication Theory. New York:
Longman.
Newstrom,
J.W. & Davis, K. 1997. Organizational Behavior
Human
Behavior at Work. 10th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies,
Inc.
0 comments:
Posting Komentar